Prolog Hati

Berumbai, berpautan, berpilin-pilin: ikal rambut dan panjang usia; sehasta hingga beberapa lagi. Adalah nilam sebuah hikam, adalah dalam perbendaharaan. Adakah idam berpencar, oh entah--oh entah bila merapat pada hijab; jiwaku halim bagai serabut merentang panjang lengan. Bulan bagai bara siap padam, penuhi guman setangkup hangat kuku; selaksa mimpi pengangsir dongeng malam--menimang bayang sebulir biji sawi. Menyisir angin di hadapan nyala lilin, semakin dengung kepak seekor ngengat; mabuk mengecap kekhusyuan hingga sayapnya rapuh terbakar. "Duh, syamsi yang terpagut lautku dalam sewindu; kidung bagi tiramku; seribu kuntum bagi salatin di tamanku, setangkai imbalan sehaus tujuh surga." Serangkai jalan membenam jejak menuju lumbung seberang pematang; santun pahatan dinding cadas, cucur keringat mendulang manikam: duh, tanah yg tak segembur yang terkira; seluas sahara sejumput sabana.
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan

08 Desember 2010

Mutasi Hati


Menyalalah, wahai api
Jadikan lidahmu kembang atas hujan
Bakarlah daundaun
sampai kekam dibawa angin

Dari pucuk kudengar lenung
Ranting menunjuk awan bermain
Candatawa burungburung Pada dahan,
Kepompong berayun-ayun

Dengarlah genta kabut ini malam
Diantara genggang pohon bergenjang
Angin datang tak bergenting
Semak tersigi siursiur

05 Mei 2010

Tv-ku

tv-ku basah; banjir airmata

tv-ku marah!! para penjilat kian marak kabarnya

tv-ku mengerang; betapa lezatnya aneka makanan yang mengoda

tv-ku gelap; petaka para pesulap bersiasat

tv-ku terdesak tingkah-pongah acara bodoh

tv-ku terjebak dan menjebak mata

tv-ku bergilir suara; lirih dan hingar

tv-ku penuh debu berserak haru

tv-ku bergantung di tiang nasibnya

tv-ku sekarat; tak tega rasanya menguburmu karna terpaksa


(09 November 2009)

Amarahku

Amarahku pecah!

Amarahku tak bersalah!

Amarahku tak pasrah.

Amarahku tak mengalah.

Amarahku bersumpah!

Amarahku membunuh!

Amarah bertaruh!

Amarahku tak kan luluh!

Amarahku tak goyah!

Amarahku tak kan menyerah!

Amarahku tak kan mengeluh!

Amarahku memerah!

Amarahku tumpah darah!

Amarahku bukan amarahmu!


(30 September 2009)

Teruntuk Pujaan

Sejati putih tersambut getaran kata
kata cipta rasa buah manisan salam
jumpa bagi para 'pendongeng' yang sabar
ketika bahasa santun bimbing keakraban

semerdu lagu jiwa
pujian teruntuk Sang Pujaan
kekasih anugerahi mahkota mutiara kata
segala yang ada tampak lewat makna

Dimana Bulan

gendang kecapi lama sudah tiada bertalu
rebab disana membisu jua

sunyi
hening ditusuk
nyaring tong-tong dipalu
sepi ronda tiada irama
malam diburu dengus nafsu


jejaka mencumbu gadis hilang malu
separuh usia belasan nista
berpadu mesra di medan laga pestafora


nada-nada gila cubitan ketagihan
tubuh kenyal gempal pinggul
pecah resah dalam dekapan
merajuk janji ke nirwana

semalam suntuk disudut gelap
berkali-kali membakar hati
tiada jurai percikan airmata
tiada musuh dalam selimut


terbaring lesu wajah hilang ayu
tanpa baju akan kembali
temui mimpi lupakan pagi
sebelum ajal menunggu dimalam nanti

Karang Bunga

dilepas pantai
dihembus angin
dibawa camar khayal
gemuruh laku ombak

memukul karang
membentak riak
mendesak guman
telanjangi malam

mendedah gairah lagu pilu
burung hantu
arakan awan
siram hati resapi bunga
bunga tak jemu tebar semu

musim rundung dalam pasung
kayu jejati muda usia
rentan tubuh tegak bahu
selayang pandang sepasrah dedaunan

hutan bakau sarang bangau
bersayap mimpi terbang tinggi
tinggal cerita padang kemarau
jelajah ambisi rambatan akar kelapa

kau berbisik; kau berisik

kau telah membuat otakku sekarat!!
ia kini tertegun disana
susah mengingat

apa yang telah kau perbuat!

temali yang kurajut telah kau buat kusut!!

Tidakkah arakmu cukup untukmu?
sampai akalmu bersulang
membujuk dan merayu


kini aku mabuk
mabuk bersama para pengikutmu

kini kau tertawa
tertawa manis menawan kelincahan pikiran kami


duh jemari yang kini terasa membatu
dan pena mencatat bisuku:

telah ia tunjukan pedang indahnya
telah ia membuat rahangmu geram dan ngilu

telah ia ayunkan syair-syair surga setangkas jiwa
telah ia...


cukup!

kau telah memadamkan kegairahanku!

aku muak dengan lakumu!
dan juga intip-intip pikiranmu ke masa pendahulu


aku tak perlu itu!

ajarlah jari-jarimu tuk bicara
ajarlah pena tuk membaca

rangkailah bunga-bunga dalam buket bunga
atau biarkan harumnya menetap di taman


tentangmu

masih kusimpan beberapa kuntum guman

Langit Tak Dijunjung


Setinggi-tinggi bangau terbang sampainya ke kubangan juga.

Pastilah sebuah ucapan melahirkan tulisan. Pastilah unggas akan mengerami telurnya.

Belajarlah untuk terbang karna tak bisa terbang

Tidakkah rambatan pucuk pepohon semakin lebat dan jauh jangkauannya tanpa pemeliharaan?
Ataukah bunga-bunga adalah tanda kesuburan?

Lupakan pucuk dan bunga. Kepaklah sayap lalu sisirlah angin. Betapa tujuan perlu tahapan, dan pencapaian yang dimulai dari awal.

Tidaklah hayalan berputar-putar diatas sarang sampai pikiran jatuh ke "bodoh"an.

Mungkinlah angin timur membawa keharuman. Tapi bukankah padang di barat adalah tempat asal bunga-bunga tumbuh dan menarik perhatian?

12 Februari 2010

ayam memang jago

ayam peluh di pekuburan
keledai meringkik melihat setan
ada mutiara di rabun senja matanya dibangun fajar
ada bujuk rayu, gelak tawa tundukan pundak

cahaya. meresap sampai tulang
kurasani seputih kain kafan
geliat rusuk tak mungkin menusuk
pada tanah harum kembang

bulan
bulan mengeram malam agar terang
jelita jelaga menyingkap sepanjang hayat
: seroja di belantara hutan

; jejak membatu kaki para penjilat
basah bibirnya separuh jalan
ingkar
: manis hidup terhisap padang masyar


tiada tangis di mata
ayam seribu panca indra
tiada rasa. mungkin ingatkan siksa
: ular melilit menelan dosa

dedaun hijau sebasah embun
diputik jemari untuk ditabur
pada tanah agar segar dan gembur

bukan. bukan
bukanlah jemari melainkan sepatah kaki
: melewati pekuburan tanpa menabur harum melati


adalah ayam gemar mengais
bebiji demi hidup dinanti
mungkinlah ia telah menjumputi
: bebiji sawi dalam tanah yang subur

betapa dalam mungkin pikirnya
meski lelah mencakar-cakar
tanah tandus sarat akar serabut
tiada biji mungkinlah jejarum di atas jerami
Malam
Bulan menyambit
Aku terbelalak

Di pukul duapuluh empat
Lampu rusak
Hayalku berserak

Malang
Jalan tak karuan
Bayangan tertawan
Burung hantu di tiang

Diam
Bau kemenyan
Rebahan
Jiwa melayang

Terpejam
; mati
Mati
; mati. Menembus dimensi

aku mau bebas

Aku mau bebas
Bebas seperti burung-burung itu
Atau camar yang terbang
Terbang di tujuh samudera sana

Tidak
Aku tak ingin menjadi elang
Yang berkitar di atas sarang yang terbakar
Atau bayangnya yang menyerang di tebing terjal

Di ranting cemara, entah aku siapa
Panah hujan menyerang sayapku tak seimbang
Di balik tiap bebatuan memberatkan angan
Jubah tak berwajah meruntuhkan langitku

Tuhan,
Tampakkan di mana lorong-lorong goa
Di tanganmu kulihat kelelawar menjadi elang
Yang bergantungan di mulutnya menjadi burung-burung pipit

Oh. Dadaku sesak
Anganku tumbuh tak berbiji
Kembangnya tiada selain bulan
Tempat burung hantu tak mungkin bersarang

airbah - airways

Air mengenangi dataran tinggi.
Angin menuruni lembah nestapa.
Hantu-hantu bermukim di gedung-gedung tinggi.
Jiwa meratap di kolong gugusan jembatan.

"Ayo terbang, pak! Terbang bagai elang.
Cepat kokoh-tinggikan benteng sebelum ada serangan! Atau sebelum airbah menerjang.

Ajaklah mereka juga!
: Para ksatria dan walimana
Bawalah kemana saja!
Dudukan derajatnya di kendaraan mewah secepat elakkan!

Lupakan saja darah merah dan tulang putih uzur ibu pertiwi
; sebentar kan masuk liang kubur.

Oh negeri tak bertuan paman sam,
Langitmu biru menjual-beli saksi.
Gedung-gedung tinggimu anak tangga surga.
Gorong-gorongnya istana para pejalang.

Elang dan dan limapuluh bintangmu amat menawan."


(31/01/10. Bandung banjir, euy)

cermin



Kulihat wajahku yang menggenang di air
Tak ada berkas cahaya tenggelam di sana
Kabut tampak di pesisir mata
Seperti gerhana,
lubang hitam dan dalam

Kucelup jari menunjuk diri
Kuusap bercak dan noda yang tampak
Tapi airmataku memenuhi isi belanga

Helaian rambut berjatuhan
Batas kening tak berwatas
Air bening keruh tanya
: berapa panjang usia