kau telah membuat otakku sekarat!!
ia kini tertegun disana
susah mengingat
apa yang telah kau perbuat!
temali yang kurajut telah kau buat kusut!!
Tidakkah arakmu cukup untukmu?
sampai akalmu bersulang
membujuk dan merayu
kini aku mabuk
mabuk bersama para pengikutmu
kini kau tertawa
tertawa manis menawan kelincahan pikiran kami
duh jemari yang kini terasa membatu
dan pena mencatat bisuku:
telah ia tunjukan pedang indahnya
telah ia membuat rahangmu geram dan ngilu
telah ia ayunkan syair-syair surga setangkas jiwa
telah ia...
cukup!
kau telah memadamkan kegairahanku!
aku muak dengan lakumu!
dan juga intip-intip pikiranmu ke masa pendahulu
aku tak perlu itu!
ajarlah jari-jarimu tuk bicara
ajarlah pena tuk membaca
rangkailah bunga-bunga dalam buket bunga
atau biarkan harumnya menetap di taman
tentangmu
masih kusimpan beberapa kuntum guman
Prolog Hati
Berumbai, berpautan, berpilin-pilin: ikal rambut dan panjang usia; sehasta hingga beberapa lagi. Adalah nilam sebuah hikam, adalah dalam perbendaharaan. Adakah idam berpencar, oh entah--oh entah bila merapat pada hijab; jiwaku halim bagai serabut merentang panjang lengan.
Bulan bagai bara siap padam, penuhi guman setangkup hangat kuku; selaksa mimpi pengangsir dongeng malam--menimang bayang sebulir biji sawi.
Menyisir angin di hadapan nyala lilin, semakin dengung kepak seekor ngengat; mabuk mengecap kekhusyuan hingga sayapnya rapuh terbakar.
"Duh, syamsi yang terpagut lautku dalam sewindu; kidung bagi tiramku; seribu kuntum bagi salatin di tamanku, setangkai imbalan sehaus tujuh surga."
Serangkai jalan membenam jejak menuju lumbung seberang pematang; santun pahatan dinding cadas, cucur keringat mendulang manikam: duh, tanah yg tak segembur yang terkira; seluas sahara sejumput sabana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar