Prolog Hati

Berumbai, berpautan, berpilin-pilin: ikal rambut dan panjang usia; sehasta hingga beberapa lagi. Adalah nilam sebuah hikam, adalah dalam perbendaharaan. Adakah idam berpencar, oh entah--oh entah bila merapat pada hijab; jiwaku halim bagai serabut merentang panjang lengan. Bulan bagai bara siap padam, penuhi guman setangkup hangat kuku; selaksa mimpi pengangsir dongeng malam--menimang bayang sebulir biji sawi. Menyisir angin di hadapan nyala lilin, semakin dengung kepak seekor ngengat; mabuk mengecap kekhusyuan hingga sayapnya rapuh terbakar. "Duh, syamsi yang terpagut lautku dalam sewindu; kidung bagi tiramku; seribu kuntum bagi salatin di tamanku, setangkai imbalan sehaus tujuh surga." Serangkai jalan membenam jejak menuju lumbung seberang pematang; santun pahatan dinding cadas, cucur keringat mendulang manikam: duh, tanah yg tak segembur yang terkira; seluas sahara sejumput sabana.

05 Mei 2010

Timang-timang (kau dan aku)

kutimang seperti kau timang
kurasa tidak seperti kau rasa
kita arungi laut yang berbeda


sejauh matamu memandang sedalam aku menyelam

tingkap ombak pecah rahasia
kembang layar selebar catatan
laju melaju ke segala penjuru
lautan garam sebebas guratan


tapi

kau sisihkan perasaan dari asin keringatmu:
menimang hati setengah pikiran

kau adalah hakim pecundang!

kau terjebak cantik lingkaran venus
pun kau tebar kesemuan cinta taman sang nabi


terlalu!

kau tawar rasa kebanggaan sebagai bingkisan
tatkala angkuh perahumu membawa beban senjata dari utara - selatan
sampai kau terdampar di pantai tak bertuan:

menyisir dugaan di dermaga harapan
teracuh camar-camar terbang ringan
jatuh lakumu selaksa sayap-sayap patah
tertikam belati dalam pelukan sendiri

duh, kau yang menutur
pemberian berdasarkan keadilan lebih mulia daripada atas belaskasihan
apalah arti perasaan yang kau sandingkan?


pembelaan bagi yang tak berdaya bukanlah dakwaan
tidakkah tuhanmu memberi santunan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar