dilepas pantai
dihembus angin
dibawa camar khayal
gemuruh laku ombak
memukul karang
membentak riak
mendesak guman
telanjangi malam
mendedah gairah lagu pilu
burung hantu
arakan awan
siram hati resapi bunga
bunga tak jemu tebar semu
musim rundung dalam pasung
kayu jejati muda usia
rentan tubuh tegak bahu
selayang pandang sepasrah dedaunan
hutan bakau sarang bangau
bersayap mimpi terbang tinggi
tinggal cerita padang kemarau
jelajah ambisi rambatan akar kelapa
Prolog Hati
Berumbai, berpautan, berpilin-pilin: ikal rambut dan panjang usia; sehasta hingga beberapa lagi. Adalah nilam sebuah hikam, adalah dalam perbendaharaan. Adakah idam berpencar, oh entah--oh entah bila merapat pada hijab; jiwaku halim bagai serabut merentang panjang lengan.
Bulan bagai bara siap padam, penuhi guman setangkup hangat kuku; selaksa mimpi pengangsir dongeng malam--menimang bayang sebulir biji sawi.
Menyisir angin di hadapan nyala lilin, semakin dengung kepak seekor ngengat; mabuk mengecap kekhusyuan hingga sayapnya rapuh terbakar.
"Duh, syamsi yang terpagut lautku dalam sewindu; kidung bagi tiramku; seribu kuntum bagi salatin di tamanku, setangkai imbalan sehaus tujuh surga."
Serangkai jalan membenam jejak menuju lumbung seberang pematang; santun pahatan dinding cadas, cucur keringat mendulang manikam: duh, tanah yg tak segembur yang terkira; seluas sahara sejumput sabana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar