Prolog Hati
Berumbai, berpautan, berpilin-pilin: ikal rambut dan panjang usia; sehasta hingga beberapa lagi. Adalah nilam sebuah hikam, adalah dalam perbendaharaan. Adakah idam berpencar, oh entah--oh entah bila merapat pada hijab; jiwaku halim bagai serabut merentang panjang lengan.
Bulan bagai bara siap padam, penuhi guman setangkup hangat kuku; selaksa mimpi pengangsir dongeng malam--menimang bayang sebulir biji sawi.
Menyisir angin di hadapan nyala lilin, semakin dengung kepak seekor ngengat; mabuk mengecap kekhusyuan hingga sayapnya rapuh terbakar.
"Duh, syamsi yang terpagut lautku dalam sewindu; kidung bagi tiramku; seribu kuntum bagi salatin di tamanku, setangkai imbalan sehaus tujuh surga."
Serangkai jalan membenam jejak menuju lumbung seberang pematang; santun pahatan dinding cadas, cucur keringat mendulang manikam: duh, tanah yg tak segembur yang terkira; seluas sahara sejumput sabana.
08 Desember 2010
Mutasi Hati
Menyalalah, wahai api
Jadikan lidahmu kembang atas hujan
Bakarlah daundaun
sampai kekam dibawa angin
Dari pucuk kudengar lenung
Ranting menunjuk awan bermain
Candatawa burungburung Pada dahan,
Kepompong berayun-ayun
Dengarlah genta kabut ini malam
Diantara genggang pohon bergenjang
Angin datang tak bergenting
Semak tersigi siursiur
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar