Prolog Hati

Berumbai, berpautan, berpilin-pilin: ikal rambut dan panjang usia; sehasta hingga beberapa lagi. Adalah nilam sebuah hikam, adalah dalam perbendaharaan. Adakah idam berpencar, oh entah--oh entah bila merapat pada hijab; jiwaku halim bagai serabut merentang panjang lengan. Bulan bagai bara siap padam, penuhi guman setangkup hangat kuku; selaksa mimpi pengangsir dongeng malam--menimang bayang sebulir biji sawi. Menyisir angin di hadapan nyala lilin, semakin dengung kepak seekor ngengat; mabuk mengecap kekhusyuan hingga sayapnya rapuh terbakar. "Duh, syamsi yang terpagut lautku dalam sewindu; kidung bagi tiramku; seribu kuntum bagi salatin di tamanku, setangkai imbalan sehaus tujuh surga." Serangkai jalan membenam jejak menuju lumbung seberang pematang; santun pahatan dinding cadas, cucur keringat mendulang manikam: duh, tanah yg tak segembur yang terkira; seluas sahara sejumput sabana.

07 Desember 2010

Diam


Mereka bilang
:diam itu emas
lantas apa yang kan kukatakan
kantungkantungku telah terisi penuh oleh itu

aku ingat suatu hari saat musim bersemi,
saat dimana fajar menampakan wajahnya
; lukisan merah senja kecil dan sesuatu yang terbawa angin

aku ingat saat menatap langit
: yang diam
awan mencuri perhatian
lalu hujan turun kesyahduan

aku pernah bicara lirih pada badai
tapi suaraku dicuri burungburung
lalu datanglah halilintar
mengendap dadaku meredam degup pada pasir

dekat sekali kudengar
genderang persangkaan ditalukan
dekat berkalikali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar