Prolog Hati

Berumbai, berpautan, berpilin-pilin: ikal rambut dan panjang usia; sehasta hingga beberapa lagi. Adalah nilam sebuah hikam, adalah dalam perbendaharaan. Adakah idam berpencar, oh entah--oh entah bila merapat pada hijab; jiwaku halim bagai serabut merentang panjang lengan. Bulan bagai bara siap padam, penuhi guman setangkup hangat kuku; selaksa mimpi pengangsir dongeng malam--menimang bayang sebulir biji sawi. Menyisir angin di hadapan nyala lilin, semakin dengung kepak seekor ngengat; mabuk mengecap kekhusyuan hingga sayapnya rapuh terbakar. "Duh, syamsi yang terpagut lautku dalam sewindu; kidung bagi tiramku; seribu kuntum bagi salatin di tamanku, setangkai imbalan sehaus tujuh surga." Serangkai jalan membenam jejak menuju lumbung seberang pematang; santun pahatan dinding cadas, cucur keringat mendulang manikam: duh, tanah yg tak segembur yang terkira; seluas sahara sejumput sabana.

12 Februari 2010

cermin



Kulihat wajahku yang menggenang di air
Tak ada berkas cahaya tenggelam di sana
Kabut tampak di pesisir mata
Seperti gerhana,
lubang hitam dan dalam

Kucelup jari menunjuk diri
Kuusap bercak dan noda yang tampak
Tapi airmataku memenuhi isi belanga

Helaian rambut berjatuhan
Batas kening tak berwatas
Air bening keruh tanya
: berapa panjang usia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar