Prolog Hati

Berumbai, berpautan, berpilin-pilin: ikal rambut dan panjang usia; sehasta hingga beberapa lagi. Adalah nilam sebuah hikam, adalah dalam perbendaharaan. Adakah idam berpencar, oh entah--oh entah bila merapat pada hijab; jiwaku halim bagai serabut merentang panjang lengan. Bulan bagai bara siap padam, penuhi guman setangkup hangat kuku; selaksa mimpi pengangsir dongeng malam--menimang bayang sebulir biji sawi. Menyisir angin di hadapan nyala lilin, semakin dengung kepak seekor ngengat; mabuk mengecap kekhusyuan hingga sayapnya rapuh terbakar. "Duh, syamsi yang terpagut lautku dalam sewindu; kidung bagi tiramku; seribu kuntum bagi salatin di tamanku, setangkai imbalan sehaus tujuh surga." Serangkai jalan membenam jejak menuju lumbung seberang pematang; santun pahatan dinding cadas, cucur keringat mendulang manikam: duh, tanah yg tak segembur yang terkira; seluas sahara sejumput sabana.

05 Mei 2010

Maafkan bila...

pada suara, aku bicara

pada hati, ia tanpa kata

pada telinga, ia mendua

pada jiwa, ia mengaduh


pada jasad, ia mengajak

pada bayang, ia berteman

pada malam, ia usir bulan

pada bayu, ia berseteru

pada api dan kayu, ia rela menjadi abu


pada tanah dan air, ia serupa randu

pada hutan, ia rawan tercumbu

pada angin, ia tergerai belantara

pada musim, ia sesosok hantu


pada batin, aku berlaga tak tahu


( "Aakh...!! aku harus bagaimana??" )



(16 November 2009)

1 komentar: