Prolog Hati

Berumbai, berpautan, berpilin-pilin: ikal rambut dan panjang usia; sehasta hingga beberapa lagi. Adalah nilam sebuah hikam, adalah dalam perbendaharaan. Adakah idam berpencar, oh entah--oh entah bila merapat pada hijab; jiwaku halim bagai serabut merentang panjang lengan. Bulan bagai bara siap padam, penuhi guman setangkup hangat kuku; selaksa mimpi pengangsir dongeng malam--menimang bayang sebulir biji sawi. Menyisir angin di hadapan nyala lilin, semakin dengung kepak seekor ngengat; mabuk mengecap kekhusyuan hingga sayapnya rapuh terbakar. "Duh, syamsi yang terpagut lautku dalam sewindu; kidung bagi tiramku; seribu kuntum bagi salatin di tamanku, setangkai imbalan sehaus tujuh surga." Serangkai jalan membenam jejak menuju lumbung seberang pematang; santun pahatan dinding cadas, cucur keringat mendulang manikam: duh, tanah yg tak segembur yang terkira; seluas sahara sejumput sabana.

05 Mei 2010

Love at Sahara


Halwa sezalir embun menitik pada mizan wisikan wiraga

sepucuk kolase seayun kepakan santun

selembut virga sesadrah ruas telinga


kriya bersilap pandang, nafas soja

selenting mint selembab malam sahara

pada bulan di pelataran azzura

tilas pesirah gugusan airmata bintang kala

duhai zuhara, di atas sinai kutebalkan rona wajah dengan debu maskara,

sebelum sesosok harem melepaskan cadarnya demi kegairahan syair-syairku

dimana rindunya tergenang fatamorgana, sampai gaunnya memerah delima

seperti bulir-bulir anggur yang masak karna cinta

bias cahaya tersepuh dengan racun dalam cawan kristal, dimana dahaga menahan satu tegukan

1 komentar: