Duhai jiwa,
malu rasanya aku bercerita tentang cinta, sebab peraduannya begitu jauh tuk dijangkau anganku; aku melihatnya meski ia tak menampak; aku mendengarnya meski ia tak bersuara; inginku mengungkapkannya namun mulutku begitu kaku; inginku menghampirinya tapi gerakku tertahan.
Tertawalah, duhai jiwa_tertawalah karena kutahu kau kini sedang menahan geli jemariku berkata. kutahu kau sedang menganggap ku gila: jatuh oleh cinta buta entah karena siapa dan kenapa. Tertawa lamalah sampai khayalku berkeringat puas, sampai aku pulas penuh harap akan manis wajahnya di dalam mimpi.
Duhai jiwa,
ingatkah kau ketika musim merundung dimana langit menarik jubah pelanginya dan kita bermuram durja di taman sana sampai bayangnya lenyap perlahan, lalu kita beranjak menuju pengasingan: sebuah pesisir, tempat dimana kita menyimpan peti rahasia di dalam gemerisik pepasir yang jauh dari perhatian dan celoteh camar? Kau katakan, simpanlah kisah itu bak mutiara dalam tiram hitam dan kita kan kembali bila kelak ia bercahaya.
Betapa karang hanyalah sebuah kehancuran membuatku berkata geram: lemparkan saja ke laut sana, biarlah terbawa ombak sampai terhempas ke pantai tak bertuan.
(bersambung)
(04 Oktober 2009)
Prolog Hati
Berumbai, berpautan, berpilin-pilin: ikal rambut dan panjang usia; sehasta hingga beberapa lagi. Adalah nilam sebuah hikam, adalah dalam perbendaharaan. Adakah idam berpencar, oh entah--oh entah bila merapat pada hijab; jiwaku halim bagai serabut merentang panjang lengan.
Bulan bagai bara siap padam, penuhi guman setangkup hangat kuku; selaksa mimpi pengangsir dongeng malam--menimang bayang sebulir biji sawi.
Menyisir angin di hadapan nyala lilin, semakin dengung kepak seekor ngengat; mabuk mengecap kekhusyuan hingga sayapnya rapuh terbakar.
"Duh, syamsi yang terpagut lautku dalam sewindu; kidung bagi tiramku; seribu kuntum bagi salatin di tamanku, setangkai imbalan sehaus tujuh surga."
Serangkai jalan membenam jejak menuju lumbung seberang pematang; santun pahatan dinding cadas, cucur keringat mendulang manikam: duh, tanah yg tak segembur yang terkira; seluas sahara sejumput sabana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar