Prolog Hati
Berumbai, berpautan, berpilin-pilin: ikal rambut dan panjang usia; sehasta hingga beberapa lagi. Adalah nilam sebuah hikam, adalah dalam perbendaharaan. Adakah idam berpencar, oh entah--oh entah bila merapat pada hijab; jiwaku halim bagai serabut merentang panjang lengan.
Bulan bagai bara siap padam, penuhi guman setangkup hangat kuku; selaksa mimpi pengangsir dongeng malam--menimang bayang sebulir biji sawi.
Menyisir angin di hadapan nyala lilin, semakin dengung kepak seekor ngengat; mabuk mengecap kekhusyuan hingga sayapnya rapuh terbakar.
"Duh, syamsi yang terpagut lautku dalam sewindu; kidung bagi tiramku; seribu kuntum bagi salatin di tamanku, setangkai imbalan sehaus tujuh surga."
Serangkai jalan membenam jejak menuju lumbung seberang pematang; santun pahatan dinding cadas, cucur keringat mendulang manikam: duh, tanah yg tak segembur yang terkira; seluas sahara sejumput sabana.
13 Januari 2011
The Running Blood's
Dear Ann,
Dan meskipun matahari terbenam, kau memuja yang terbakar di dadamu--tak peduli pada daya musim gugur dari surga ke tempat tidurmu--dan membiarkan yang tertanam dalam waktu yang kita lupa.
Kau biarkan menangis tubuhmu, seakan permainan cinta ini adalah perang dan aku telah mati terajam.
Kau berkata: "Tahan, aku kan turun dan membasuh kelaparan ini dari dagingku sampai kumerasa manisan gelora tak bersalah. Biarkan aku hidup. Ini sihir yang kumiliki dari surga".
Sisi gelap telah tersangkal. Aku tahu semua tentang kehidupan rahasia: begitu bulan tinggi, kulihat bahwa cinta itu buta--api telah mengobar di matamu, juga kebun yang merekah luka bakar.
Tak ada tempat sembunyi kali ini. Telanjang dan dingin yang mengalir dari angin sekarang dibungkus dengan kulit yang tipis.
your immortality
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar